Jakarta, VIVA – Perusahaan otomotif asal Jepang Nissan dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawannya di seluruh dunia. Langkah ini diambil usai perusahaan terus mengalami kerugian dan kondisinya memburuk.
Pengumuman ini dilakukan sehari sebelum perusahaan tersebut diperkirakan mengumumkan kerugian tahunan terbesar dalam sejarahnya, sekitar US$5 miliar atau setara Rp82,5 triliun. Dikutip dari NHK,
keputusan ini merupakan tambahan dari pengumuman pada November lalu.
Di mana, Nissan saat itu menyatakan akan memangkas 9.000 posisi. Dengan demikian, jumlah total pemangkasan tenaga kerja akan mencapai 15% dari seluruh pegawai perusahaan.
Namun pihak Nissan menolak memberikan komentarnya perihal rumor PHK ribuan karyawannya ini. Sebelumnya, perusahaan ini disebut-sebut tengah mengalami restrukturisasi besar-besaran dan dibebani utang dalam jumlah besar.
Booth Nissan di pameran GJAW 2024
Nissan disebut harus kerja keras dalam persaingan ketat dengan produsen kendaraan listrik lokal di pasar China. Selain itu, beban tarif impor dari Amerika Serikat turut memperparah tekanan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Upaya bangkit dengan merger bersama Honda pun gagal terjadi dalam beberapa waktu lalu. Sebab Nissan menolak usulan menjadi anak perusahaan Honda, bukan merger yang setara di bawah satu entitas induk.
Makin sulit ketika penangkapan mantan bosnya Carlos Ghosn pada 2018 yang kemudian melarikan diri dari Jepang dengan cara menyamar dalam kotak peralatan audio. Dalam upaya pembenahan, Nissan menunjuk CEO baru pada Maret lalu, meski sahamnya telah anjlok hampir 40% selama setahun terakhir.
Badai PHK Kembali Menerjang Nissan, Apa Penyebabnya?
Lebih dari 10.000 karyawan Nissan di berbagai belahan dunia terancam pemutusan hubungan kerja.
VIVA.co.id
13 Mei 2025