DBD Bisa Sebabkan Kematian! Ahli: Ini Bukan Penyakit Musiman, Kena 2 Kali Bukan Kebal Tapi Jadi Lebih Parah

10 hours ago 4

Bali, VIVA – Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia menjadi tempat yang sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menjadi sumber penyakit dengue atau DBD.

Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada 1968, angka kejadian dengue terus meningkat. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat bahwa angka kejadian (Incidence Rate/IR) kasus dengue di Indonesia tahun 1968—2024 menunjukkan peningkatan. Scroll untuk info selengkapnya!

Selain itu, jumlah kabupaten/kota yang terjangkit dengue sejak 2013 hingga 2024 mencapai lebih dari 400. Bahkan, jumlah kabupaten/kota yang terjangkit dengue pada 2024 mencapai 488. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, jumlah kabupaten/kota di Indonesia sebanyak 514. Data ini mencerminkan hampir seluruh daerah di Indonesia terjangkit dengue.

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Photo :

  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Peningkatan kasus dengue, seperti dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, Sehat Negeriku, disebabkan oleh perubahan karakteristik penularan nyamuk penyebab dengue. Jika dulu nyamuk penyebab dengue lebih banyak ditemui saat musim hujan, kini apa pun musimnya nyamuk itu tetap bisa ditemukan.

Dengan kondisi iklim Indonesia dan perubahan karakteristik nyamuk penyebab dengue, semua orang di Indonesia menjadi lebih berisiko terjangkit penyakit ini, tanpa memandang usia, tempat tinggal, dan gaya hidup.

Tidak hanya itu, seseorang yang sudah sembuh dari dengue, bukan tidak mungkin terinfeksi lagi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengue dapat menyebabkan kasus yang lebih parah, bahkan kematian. 

Seseorang yang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya mempunyai risiko lebih besar terkena demam berdarah parah yang ditandai dengan sakit perut yang parah, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, kegelisahan, darah dalam muntahan atau feses, menjadi sangat haus, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemah. Berbagai gejala ini sering kali muncul setelah demamnya hilang.

Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. I Made Susila Utama, SpPD-KPTI FINASIM, menjelaskan, seseorang dapat terkena dengue lebih dari satu kali dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah. Karena dengue sampai saat ini belum ada obatnya, maka pencegahan menjadi kunci. 

“Salah satu pencegahan yang penting untuk dipertimbangkan adalah vaksinasi,” ucapnya saat diskusi panel bertema Efektivitas Vaksinasi untuk Pengendalian Dengue, di hari ketiga seminar dan lokakarya nasional 2025, yang digelar Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) di Bali, mengutip keterangannya, Jumat 2 Mei 2025. 

“Pemanfaatan metode inovatif ini dapat melindungi tubuh dengan cara membangun pertahanan alami tubuh. Saat virus akibat gigitan nyamuk memasuki tubuh, tubuh akan mengeluarkan pertahanan alaminya, sehingga memutus rantai penularan virus. Namun, untuk memperoleh perlindungan yang optimal, vaksinasi dengue harus dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter,” tambahnya. 

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, pemerintah menetapkan target 95 persen kabupaten/kota memiliki IR dengue sebesar ≤ 10/100.000 pada tahun 2024. Namun, IR dengue di Provinsi Bali dari 2021 hingga 2024 mengalami peningkatan. Seluruh kabupaten/kota di Bali setiap tahun memiliki IR dengue > 10/100.000. Dengan demikian, target nasional belum tercapai.

Menurut dr. Made, meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka insidensi dengue di Bali, data menunjukkan bahwa target nasional belum sepenuhnya tercapai. Hal ini mengindikasikan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan di tingkat daerah. 

“Apalagi dengue bukan penyakit musiman; virus ini beredar sepanjang tahun, dan kasusnya dapat meningkat kapan saja, terutama dengan perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak menentu,” tuturnya.

“Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan strategi pencegahan yang inovatif dan berkelanjutan. Salah satu langkah yang dapat dipertimbangkan adalah penerapan metode inovatif melalui vaksinasi dengue,” imbuhnya.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, mengatakan, sebagai negara kepulauan dengan populasi yang besar dan tersebar hingga ke pelosok desa, tantangan dalam menghadapi dengue sangat kompleks dan memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah. 

“Di Takeda, kami berkomitmen untuk mendukung upaya melawan dengue sebagai mitra jangka panjang bagi para pemangku kepentingan di Indonesia. Dengan tujuan yang sama untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari ancaman dengue, kami mendukung berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah,” pungkasnya.

“Penting bagi masyarakat untuk tetap menerapkan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur/mendaur ulang, dan melakukan tindakan tambahan lain untuk menghindari gigitan nyamuk) secara konsisten, meningkatkan edukasi diri dan lingkungan sekitar tentang dengue, serta mempertimbangkan penggunaan metode pencegahan inovatif untuk memperkuat perlindungan dengan lebih komprehensif,” tutup Andreas.

Halaman Selanjutnya

Seseorang yang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya mempunyai risiko lebih besar terkena demam berdarah parah yang ditandai dengan sakit perut yang parah, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, kegelisahan, darah dalam muntahan atau feses, menjadi sangat haus, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemah. Berbagai gejala ini sering kali muncul setelah demamnya hilang.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |