Jakarta, VIVA – Memasuki awal Mei 2025, harga Bitcoin kembali mencuri perhatian pelaku pasar kripto global. Setelah sempat tertekan di bulan Februari dan April, aset digital terbesar ini kini menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Para analis pun melihat momentum ini bukan sekadar euforia sesaat, melainkan didorong oleh kekuatan fundamental yang terus menguat.
Bitcoin resmi menembus angka US$96.200 atau setara Rp1,58 miliar (asumsi kurs Rp16.500), menandai level tertinggi sejak koreksi tajam pada Februari lalu. Harga ini merupakan lonjakan 28 persen dari posisi terendah di April yang sempat menyentuh US$75.000 atau sekitar Rp1,23 miliar, dan naik 21 persen dari titik terendah Februari di kisaran US$78.900 (sekitar Rp1,30 miliar).
“Apresiasi harga Bitcoin baru-baru ini adalah hasil dari momentum jangka panjang, bukan fenomena sementara,” kata Ryan Yoon, analis riset utama di Tiger Research, seperti dikutip dari Decrypt, Jumat, 2 Mei 2025.
Dia mengungkapkan, saat ini Bitcoin sedang bertransisi dari aset spekulatif menjadi komponen penting dalam portofolio investor institusional. Menurut Yoon, salah satu pendorong utama adalah aksi beli konsisten dari perusahaan treasury Bitcoin seperti Strategy dan Metaplanet.
Strategy, misalnya, hampir mencapai batas program ekuitasnya setelah kembali membeli Bitcoin pada Senin lalu. Minggu sebelumnya, perusahaan ini telah mengakuisisi Bitcoin senilai US$1,4 miliar atau sekitar Rp23,1 triliun.
Sementara itu, Metaplanet dari Jepang, yang telah mengumpulkan Bitcoin senilai US$481 juta atau sekitar Rp7,9 triliun, mengumumkan pembukaan anak perusahaan di Amerika Serikat.
Yoon juga menyoroti arus masuk dana yang stabil melalui ETF sebagai sinyal bahwa minat institusional terhadap Bitcoin terus meningkat. Hal ini turut memperkuat kepercayaan pasar dan mendorong reli harga.
Namun, tidak semua pengamat pasar langsung bersikap euforia. Andrew Lawrence, CEO dan pendiri DEX Funkybit, menyampaikan pandangan yang lebih berhati-hati.
“Setelah menyentuh titik terendah di US$75.000, Bitcoin mulai terlepas dari korelasi dengan aset berisiko lain dan kembali menjadi penyimpan nilai alternatif,” ujarnya kepada Decrypt.
“Saya memperkirakan harga akan meningkat jauh lebih tinggi dari sini, terutama mengingat ketidakpastian outlook moneter global,” tambahnya.
Yoon dari Tiger Research juga menambahkan bahwa ekspektasi akan likuiditas yang meningkat serta efek psikologis dari angka bulat US$100.000 atau sekitar Rp1,65 miliar, turut mendorong sentimen pasar ke arah positif.
Pada Kamis, 1 Mei 2025, volume perdagangan Bitcoin meningkat sekitar US$7 miliar dari hari sebelumnya, menjadi total US$30 miliar atau sekitar Rp495 triliun. Ini menandakan minat beli yang masih tinggi.
Sementara itu, saat berita ini dibuat pada hari ini, Jumat, 2 Mei 2025, harga Bitcoin sudah berada di level US$97.073 atau setara Rp1,6 miliar.
Halaman Selanjutnya
Namun, tidak semua pengamat pasar langsung bersikap euforia. Andrew Lawrence, CEO dan pendiri DEX Funkybit, menyampaikan pandangan yang lebih berhati-hati.