Mekah, VIVA – Penyelenggaraan haji 1446 H/2025 M mengalami transformasi besar, khususnya dalam pola pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia di Mekah.
Mulai tahun ini, pelayanan tidak lagi langsung diberikan oleh petugas Indonesia, melainkan dialihkan sepenuhnya ke delapan syarikah—perusahaan penyedia layanan haji profesional yang ditunjuk Pemerintah Arab Saudi.
Transformasi ini membawa perubahan signifikan dalam skema pelayanan. Untuk pertama kalinya, diterapkan sistem “one kloter, one syarikah”, di mana satu kloter jemaah dilayani oleh satu perusahaan khusus yang bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan jemaah, termasuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi.
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Hanafi
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M. Hanafi, menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari skema baru yang sudah dimulai sejak 2022 dan kini dijalankan secara penuh di Mekah.
"Sejak tahun 2022, layanan jemaah haji di Mekah mengalami transformasi dari layanan berbasis geografis (muassasah) menjadi layanan berbasis perusahaan profesional (syarikah). Sementara di Madinah berbasis kloter," ujarnya di Mekah, Minggu (11/5/2025).
Menurut Muchlis, ads delapan syarikah yang bertugas menangani layanan jemaah tahun ini adalah: Al Bait Guests, Rakeen Mashariq, Sana Mashariq, Rehlat & Manafea, Al Rifadah, Rawaf Mina, MCDC, dan Rifad.
Setiap syarikah bertanggung jawab melayani antara 11 ribu hingga 36 ribu jemaah asal Indonesia.
Menurut Muchlis, perubahan ini bertujuan meningkatkan kualitas layanan serta memudahkan pengawasan langsung oleh otoritas Arab Saudi.
"Syarikah ini berkoordinasi dan melaporkan kinerja kepada Kementerian Haji Arab Saudi. Mereka bertanggung jawab kepada jemaah dan kalau terjadi sesuatu langsung diselesaikan oleh syarikah," ungkapnya.
Jemaah salat jumat di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi
Photo :
- Andhika Wahyu/MCH 2025
Lanjut Muchlis, Layanan syarikah dirancang tak hanya untuk kebutuhan harian jemaah, namun juga menitikberatkan pada kenyamanan saat puncak ibadah haji, khususnya di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Kami menilai layanan berbasis syarikah sebagai langkah yang tepat untuk memastikan jemaah terlayani secara utuh dalam setiap pergerakan terutama saat puncak haji," kata Muchlis.
Paket pelayanan mencakup akomodasi, konsumsi hingga 84 kali di Makkah dan 15 kali saat Armuzna, penyediaan bus shalawat, bus masyair, serta bimbingan ibadah di titik-titik penting ibadah haji.
Tantangan Pemisahan Kloter
Kloter Pertama Jamaah Haji dari Madinah Tiba di Mekah, Disambut Meriah di Hotel.
Meski idealnya satu kloter ditangani satu syarikah, beberapa kendala teknis menyebabkan sebagian jemaah dari satu kloter dilayani oleh syarikah berbeda. Penyebabnya antara lain keterlambatan visa, perubahan manifes keberangkatan, dan sinkronisasi data penerbangan.
"Untuk jemaah gelombang pertama yang tiba di Madinah sejak tanggal 2 Mei itu ditempatkan di hotel berdasarkan susunan Kloter. Sedangkan di Mekah dilayani berbasis syarikah," ujar Muchlis.
Konsekuensinya, jemaah dari kloter yang sama bisa saja ditempatkan di hotel berbeda sesuai syarikah yang menangani mereka. Meski begitu, Muchlis menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi kualitas layanan.
"Kalau ada sedikit menimbulkan kurang nyaman, mudah-mudahan dengan berjalannya waktu mereka bisa merasa nyaman dan fokus beribadah," harapnya.
Muchlis juga mengingatkan pentingnya kartu Nusuk, dokumen digital yang menjadi penanda legalitas jemaah selama berada di Arab Saudi.
"Kami tekankan kepada syarikah, paling tidak sebelum berangkat ke Makkah itu sudah diserahkan nusuknya," tegasnya.
Ia menyebut kartu Nusuk sebagai “paspor perhajian”, yang fungsinya sama vitalnya dengan paspor hijau untuk masuk ke Arab Saudi.
Pulang Tetap Berdasarkan Kloter
Meski layanan selama di Makkah berbasis syarikah, proses pemulangan jemaah tetap mengikuti skema kloter, seperti yang selama ini berlaku.
"Skema pemulangan berbasis kloter, tiketnya PP juga sudah disediakan, demikian pula keabsahan manifesnya. Ini untuk memberikan kenyamanan kepada para jemaah," jelas Muchlis.
Dengan skema ini, jemaah yang berangkat bersama keluarganya bisa kembali pulang bersama, tanpa terpisah-pisah, yang dinilai dapat memudahkan mereka berbelanja suvenir dan mengatur logistik pribadi.
Di akhir keterangannya, Muchlis mengajak seluruh syarikah, petugas haji, serta jemaah untuk menjaga komunikasi dan disiplin informasi.
"Kami harap tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi. Mudah-mudahan penyelenggaraan haji berlangsung aman, tertib dan penuh keberkahan," pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Setiap syarikah bertanggung jawab melayani antara 11 ribu hingga 36 ribu jemaah asal Indonesia.