BEKASI, VIVA – Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengaku sangat memahami lingkup kerja seorang wartawan. Ia menyebut profesi sebagai wartawan dalam industri media acap kali membuat pekerjanya melupakan kebutuhan pribadinya.
“Karena dulu juga kami wartawan, Jadi inget betul, kadang-kadang kita atas nama menulis berita, menyunting, mengedit, menyampaikan, menegakkan demokrasi, kadang terlupa terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar, karena selalu berusaha untuk mengedepankan kepentingan publik saja,” ujar Meutya saat menghadiri acara penyerahan kunci rumah subsidi di Perumahan Gran Harmoni Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa, 6 Mei 2025.
Selama kurang lebih 10 tahun itu, Meutya melanjutkan, dirinya mengaku paham betul seluk beluk pekerjaan menjadi wartawan dalam menyajikan berita kepada publik.
“Bukan hanya soal meliput, bukan hanya soal menulis, bukan hanya soal mengedit atau menyunting. Tapi juga tentang menyuarakan nurani publik,” ucap dia.
Dia mengatakan tugas dalam dunia jurnalistik yang memiliki tujuan salah satunya menjaga demokrasi itu kerap membuat pekerjanya melupakan kebutuhan dasar dirinya.
Terlebih lagi, kata Meutya, jika pekerja di dalam jurnalistik memiliki hobi ataupun passion yang bisa membuat pribadinya mengabaikan diri sendiri maupun sekitarnya.
“Dan ketika orang bekerja dengan passion dan merasakan bahwa itu adalah hobinya Kadang-kadang melupakan hak-hak dasar yag sebetulnya tidak hanya mengikat dirinya tapi keluarga,” kata dia.
“Jadi kewajiban-kewajiban terhadap keluarga pemenuhan rumah yang layak bagi keluarganya kadang terlupa atas nama kepentingan umum. Atas nama semangat menulis yang baik. Atas nama semangat menyunting dan menghadirkan demokrasi,” ucap dia menambahkan.
Meutya juga mengaku bahagia ketika menerima panggilan dari Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait untuk mengikutsertakan wartawan dalam program rumah bersubsidi dari pemerintah mengingat dengan situasi sekarang ini.
Dia menyampaikan berdasarkan data yang didapatnya, dari sekitar 100 ribuan orang yang bekerja dalam jurnalistik, sekitar 70 persen belum memiliki rumah yang layak.
“Partisipasi kita ini artinya karena kami juga ada wartawan, teman-teman wartawan diminta berpartisipasi dalam rumah subsidi pemerintah,” imbuhnya.
Halaman Selanjutnya
“Dan ketika orang bekerja dengan passion dan merasakan bahwa itu adalah hobinya Kadang-kadang melupakan hak-hak dasar yag sebetulnya tidak hanya mengikat dirinya tapi keluarga,” kata dia.