Sekitar 2 Ribu Warga Bekasi Krisis Air Bersih Akibat Pipa PDAM Rusak Dihantam Alat Berat

2 days ago 6

Senin, 12 Mei 2025 - 08:34 WIB

Bekasi, VIVA — Sedikitnya 2.000 warga yang tinggal di Perumahan Mangun Jaya Indah 2, Desa Mekarsari, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, mengalami krisis air bersih sejak 7 Mei 2025.

Kondisi ini dipicu oleh rusaknya jaringan pipa milik Perusahaan Daerah Air Minum, PDAM Tirta Bhagasasi, setelah terkena alat berat jenis ekskavator yang digunakan dalam kegiatan normalisasi sungai di sekitar wilayah tersebut.

Ketua RT 07/RW 04 Desa Mekarsari, Joko Abimanyu, menyebut seluruh warga terdampak berasal dari kompleks perumahan yang sama. Jumlahnya sekitar 1.000 kepala keluarga atau diperkirakan mencapai 2.000 jiwa.

“Yang terdampak semuanya di Perumahan Mangun Jaya Indah 2. Kalau dari jumlah keluarga sekitar seribu, jadi estimasinya dua ribu jiwa lebih sedikit,” ujar Joko.

Ia menjelaskan, peristiwa bermula ketika sebuah alat berat jenis beko dikerahkan untuk membongkar bangunan liar di bantaran Sungai Kali Baru, bagian dari program normalisasi sungai. Tanpa disadari, pengerukan tanah di sekitar bantaran sungai mengakibatkan pipa distribusi utama milik PDAM pecah dan menyebabkan aliran air bersih ke perumahan terputus total.

Sempat diberi pemberitahuan dari pihak PDAM bahwa akan dilakukan perbaikan mulai pukul 15.00 WIB di hari kejadian. Namun hingga hari keempat pascakejadian, belum ada tanda-tanda pemulihan distribusi air secara menyeluruh.

“Awalnya memang diinformasikan akan ada perbaikan, tapi sekarang seperti tidak jelas lagi. Warga bingung dan kecewa karena tidak ada tindak lanjut konkret,” kata Joko.

Selama distribusi air PDAM terhenti, warga sempat mendapatkan pasokan air dari Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL). Namun, pasokan ini dinilai tidak mencukupi karena lokasinya yang cukup jauh dan kapasitas alirannya yang terbatas. Banyak warga merasa distribusi air hanya menyentuh sebagian kecil rumah tangga dan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti memasak, mencuci, dan mandi.

Sebagian warga terpaksa mengaktifkan kembali pompa air tanah yang sebelumnya tidak lagi digunakan selama bertahun-tahun. Air hasil pompa ini kemudian dibagikan secara sukarela kepada tetangga sekitar.

“Saya sendiri sudah lima tahun enggak pakai pompa. Tapi karena darurat, saya coba hidupkan, ternyata masih bisa. Kami pakai air itu bersama-sama,” kata Joko.

Selain itu, bantuan dari pihak terkait berupa tangki air berkapasitas 8.000 liter juga dinilai tidak mencukupi untuk mengakomodasi kebutuhan harian ribuan warga. Air tangki hanya cukup untuk kebutuhan mandi dan keperluan mendesak lainnya, sehingga kebutuhan pokok lain tetap belum terpenuhi secara layak.

Warga pun menyayangkan minimnya informasi yang diberikan oleh PDAM maupun pihak pemerintah daerah terkait penanganan kerusakan tersebut. Tidak ada kejelasan kapan pipa akan diperbaiki sepenuhnya dan kapan aliran air bersih dapat kembali normal.

“Yang kami harapkan sebenarnya tidak muluk-muluk. Minimal ada tindakan nyata dan penjelasan jelas dari PDAM. Jangan dibiarkan menggantung begini,” ungkap Joko.

Sementara itu, hingga artikel ini ditulis, pihak PDAM Tirta Bhagasasi belum memberikan keterangan resmi terkait proses perbaikan pipa yang rusak serta solusi jangka pendek bagi warga terdampak.

Krisis air bersih ini menjadi sorotan karena terjadi di wilayah padat penduduk dan menyoroti pentingnya koordinasi yang lebih baik antara instansi teknis, khususnya saat melakukan pekerjaan infrastruktur yang dapat berdampak pada layanan publik dasar seperti air bersih.

Halaman Selanjutnya

“Saya sendiri sudah lima tahun enggak pakai pompa. Tapi karena darurat, saya coba hidupkan, ternyata masih bisa. Kami pakai air itu bersama-sama,” kata Joko.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |