Vatikan, VIVA – Sebanyak 120 kardinal dari berbagai belahan dunia kini memegang peranan penting dalam sejarah Gereja Katolik. Mereka adalah tokoh-tokoh terpilih yang memenuhi syarat untuk ikut serta dalam proses pemilihan paus baru setelah wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025. Kepergian pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang dikenal sebagai pembaharu itu tentu membawa duka mendalam, sekaligus menandai dimulainya proses konklaf untuk mencari penggantinya.
Paus Fransiskus merupakan paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan sepanjang masa jabatannya dikenal membawa semangat perubahan. Ia mendorong keterbukaan gereja terhadap berbagai kelompok masyarakat, termasuk mereka yang selama ini terpinggirkan. Kini, dengan kepergiannya, muncul pertanyaan besar: siapakah yang akan melanjutkan langkahnya?
Siapa yang Berhak Memilih Paus?
Foto mendiang Paus Fransiskus dipajang di Katedral Buenos Aires, Argentina
Photo :
- AP Photo/Natacha Pisarenko
Dalam tradisi Katolik, pemilihan paus dilakukan lewat proses yang disebut konklaf, berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”. Proses ini dilakukan secara tertutup, hanya diikuti oleh para kardinal berusia di bawah 80 tahun. Melansir dari The Guardian, dari total sekitar 220 kardinal di seluruh dunia, hanya sekitar 120 yang memenuhi kriteria tersebut untuk ikut serta dalam pemilihan kali ini.
Hal yang menariknya, dua pertiga dari sebagian besar 120 kardinal itu merupakan hasil penunjukan langsung oleh Paus Fransiskus selama masa jabatannya. Artinya, besar kemungkinan calon paus berikutnya akan memiliki pandangan dan visi yang sejalan dengan mendiang Paus.
Persiapan dan Proses Pemilihan
Masyarakat Katolik mengantre masuk gedung Basilika Santo Petrus, Vatikan, pada Senin, 2 Januari, untuk melihat jenazah Paus Emeritus Benediktus XVI.
Photo :
- AP Photo/Alessandra Tarantino.
Sekitar dua minggu setelah wafatnya paus, para kardinal akan dikumpulkan di Vatikan dan menginap di tempat khusus bernama Domus Sanctae Marthae. Proses pemilihan sendiri berlangsung di Kapel Sistina, tempat yang terkenal dengan lukisan langit-langit karya Michelangelo.
Setelah semua yang tak berkepentingan keluar, ditandai dengan perintah extra omnes, kapel ditutup dan dikunci. Seluruh komunikasi ke luar diputus untuk menjaga kerahasiaan. Para kardinal lalu melakukan pemungutan suara dua kali sehari. Untuk menjadi paus, seorang kandidat harus memperoleh dua pertiga suara. Jika suara tetap terbagi setelah 30 putaran, maka cukup mayoritas sederhana.
Setiap hasil pemungutan suara dibakar. Jika belum ada keputusan, akan keluar asap hitam dari cerobong Kapel Sistina. Tapi bila paus telah terpilih, asap putih akan mengepul, menandakan dunia memiliki pemimpin rohani baru.
Setelah terpilih, paus baru akan mengenakan pakaian resmi di sebuah ruangan khusus bernama Room of Tears. Tak lama setelah itu, ia diperkenalkan kepada umat Katolik dari balkon Basilika Santo Petrus.
Kini, umat Katolik di seluruh dunia menanti dengan harapan, siapa yang akan meneruskan arah Gereja Katolik ke masa depan.
Halaman Selanjutnya
Source : AP Photo/Alessandra Tarantino.